Penyuluh Agama: Benteng Toleransi di Tengah Badai Intoleransi

Penyuluh Agama: Benteng Toleransi di Tengah Badai Intoleransi

Dalam menghadapi tantangan sosial, seperti konflik dan ketegangan, sangat penting untuk membangun kesadaran kolektif tentang nilai-nilai harmoni. Dengan memfasilitasi dialog interaktif, masyarakat dapat menganalisis potensi dan sumber daya yang mereka miliki.

Toleransi Sejati: Kunci Kedamaian

Menurut Nasaruddin, toleransi sejati adalah kunci untuk menghindari provokasi dan menciptakan kedamaian. Toleransi ini dapat diwujudkan dengan mengajarkan nilai-nilai agama tanpa menyebarkan kebencian, melainkan dibangun atas dasar cinta dan saling menghargai.

Kurikulum Cinta: Menghargai Keberagaman

Nasaruddin memperkenalkan Kurikulum Cinta, yang bertujuan untuk mengajarkan generasi penerus bangsa untuk menghargai keberagaman dengan cinta yang mendalam, bukan sekadar di permukaan. Kita tidak perlu menyatukan agama, tetapi yang penting adalah mengajarkan kebenaran agama masing-masing tanpa menanamkan kebencian kepada yang berbeda, tegasnya.

Peran Penyuluh Agama

Penyuluh agama dengan moderasi beragama memainkan peran penting dalam mengatasi permasalahan moderasi beragama di masyarakat. Mereka dapat mengajarkan ajaran agama dengan cara yang moderat, adil, dan berimbang, serta membantu masyarakat memediasi permasalahan keagamaan.

Pesan Menteri Agama

Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya mendirikan sholat dan mengajarkan agama dengan cinta. Jika kita menciptakan ikatan cinta sejak dini, maka akan lebih sulit bagi pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa ini untuk mempengaruhi anak-anak kita, pungkasnya.

Penyuluh Agama sebagai Pelopor Moderasi

Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Utara menekankan bahwa penyuluh agama harus menjadi pelopor moderasi beragama di daerah setempat. Mereka dituntut untuk berinovasi, menggunakan media sosial dengan bijak, dan mengembangkan potensi diri dalam melaksanakan tugasnya.

Tanggal: 4 Februari 2025

Previous Post Next Post