:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4255389/original/014232900_1670573988-20221209-Cuaca-Ekstrem-Faizal-5.jpg)
Indonesia tengah dihadapkan pada dua bibit siklon tropis aktif yang berpotensi memicu cuaca ekstrem di berbagai wilayah. BMKG memprediksi curah hujan ringan akan mengguyur Jakarta hingga 4 Februari 2025.
Peningkatan kelembapan udara akibat Monsun Asia, cold surge, dan La Nina menjadi penyebab utama peningkatan curah hujan di Jawa.
Meskipun bibit siklon 99S dan 90S bergerak menjauh dari Indonesia, dampak tidak langsungnya masih terasa dalam bentuk hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi di beberapa wilayah.
Potensi hujan intensitas sedang hingga ekstrem diperkirakan terjadi di Papua, Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan, Maluku Utara, dan Jambi.
Fenomena MJO dan gelombang atmosfer lainnya juga berkontribusi pada pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan lebat.
Bibit Siklon 96P yang sebelumnya terbentuk di Teluk Carpentaria telah meluruh menjadi sirkulasi tekanan rendah dan masuk daratan Australia, namun masih memengaruhi pola cuaca di Indonesia.
Kombinasi bibit siklon, La Nina, Monsun Asia, cold surge, dan gelombang atmosfer meningkatkan risiko cuaca ekstrem di banyak wilayah Indonesia.
BMKG mencatat curah hujan tertinggi di Kalimantan Timur (229 mm/hari), Sulawesi Tengah (192 mm/hari), Kepulauan Riau (154 mm/hari), dan Jabodetabek (264 mm/hari).
Masyarakat diimbau untuk mematuhi peringatan dini cuaca ekstrem, terutama nelayan dan operator transportasi laut yang berisiko terdampak gelombang tinggi.
Operasi modifikasi cuaca (OMC) digelar hingga 6 Februari 2025 untuk meminimalisir risiko bencana.