Pada tanggal 4 April 2025, Business Insider melaporkan bahwa Apple menghadapi tantangan baru terkait rantai pasokannya di China. Upaya diversifikasi yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir tampaknya terhambat oleh kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.

Ketergantungan Apple pada manufaktur di China untuk produk-produk unggulannya sudah menjadi pengetahuan umum. Tarif baru ini berpotensi meningkatkan biaya impor bagi perusahaan yang berbasis di Cupertino tersebut. Reaksi pasar pun cukup signifikan, dengan saham Apple mengalami penurunan lebih dari 6% setelah pengumuman tarif tersebut.

Menurut Jamie MacEwan, seorang analis senior di Enders Analysis, hampir separuh pendapatan Apple berasal dari China, baik melalui penjualan langsung maupun melalui rantai pasokannya. Kebijakan ini tentu menjadi pukulan bagi CEO Apple, Tim Cook, yang telah berupaya membangun hubungan baik dengan Trump selama bertahun-tahun. Hingga saat ini, Apple belum memberikan komentar resmi terkait penerapan tarif baru ini.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa pengenaan tarif oleh AS akan berdampak signifikan terhadap daya saing ekspor Indonesia ke AS. Produk-produk ekspor utama Indonesia ke pasar AS meliputi elektronik, tekstil, alas kaki, minyak kelapa sawit, karet, furnitur, udang, dan produk perikanan laut. Pemerintah Indonesia sedang menghitung dampak tarif ini terhadap sektor-sektor tersebut dan akan mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak negatifnya terhadap perekonomian nasional.

Pemerintah Indonesia akan terus memantau perkembangan situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan stabilitas ekonomi dan kelancaran perdagangan dengan Amerika Serikat.

Tabel: Dampak Tarif AS Terhadap Ekspor Indonesia